Random

Kalau hatiku diciptakan untuk serapuh ini, mengapa belum kutemukan obatnya?

Mengapa aku mengharapkan maaf kalau maaf sekadar kata?

Maaf aku telah berharap.
Maaf aku terlalu naif.
Maaf, tapi hatiku masih sakit.

Aku tahu aku salah.
Aku minta maaf.
Aku berusaha sebaik mungkin.
Aku tidak mengulanginya lagi.

Jangan.
Jangan biarkan aku mendekam di balik jeruji masa lalu.
Aku lelah harus mengingatnya.
Kalian membuang aku di benua biru impianku.
Benua itu menjelma menjadi kelabu.
Sejak maaf hanya terucap dari bibirmu.

Bukan apa-apa.
Aku cuma butuh kamu dan kalian.
Karena di sana aku sebatang kara.
Aku menghadapi banyak hal yang perdana.
Bersama kalian tidak mudah, tetapi setidaknya aku bahagia.
Setidaknya aku tidak sendirian.

Bukan apa-apa.
Rantauku jauh melintasi berbagai samudera.
Walaupun aku yang terbodoh, kita anak dari ibu yang sama: Ibu Pertiwi.
Dingin di sana bisa dihangatkan oleh tawa kita.
Bukankah sudah seharusnya kita saling menjaga?

Tolong.
Selamatkan aku dari rundungan masa lalu.
Tolong.
Masa depanku hancur kalau aku tidak keluar dari sini.
Tolong selamatkan masa depanku.
Tolong aku!
Tolong!
Bodoh, minta tolong kepada siapa?

Ah, seharusnya benua biru tak menancapkan luka.
Andai saja aku yang tak berguna ini tidak ada.

Andai aku lenyap.
Kalian tetap bahagia, bukan?
Itu yang kalian harapkan, bukan?
;
;



Jumat, 6 Mei 2022
3:06
Seperti biasa, sedang terjebak dalam masa gelap. Sulit tidur.

Comments

Popular posts from this blog

Rumpang

Racau

Menemukan(?)