Melodi

Ada sebuah insan. Ia mengidap suatu hal yang luar biasa: patah hati yang dahsyat. Sehingga tak ada yang mampu merengkuh relungnya yang tengah bersikukuh untuk mengempaskan pujaan lamanya. Ia memilih sebuah jalan pintas. Ia berlari. Menerjang letih. Menahan rintih. Menciptakan dunianya sendiri. Menjauh dari rekan dan kerabat yang memang sudah sejak awal hanya segelintir.

Ia mencoba melunturkan getir dalam dirinya. Menyapa sana-sini. Mungkin mencari insan yang serupa dengan masa lalunya? Tapi mana bisa? Pada akhirnya, insan yang hebat dari masa lalunya itulah melodi terindah sepanjang sejarah hidupnya. Ketika sirna, insan itu kehilangan ritmenya. Ia menjadi manusia yang sunyi. Ringkih. Manusia yang hidup, tetapi kehilangan nafasnya. Manusia yang semi-lenyap. Bak tak ada yang pernah mengenalnya. 

Sejujurnya, melodi itu tidak pernah benar-benar hilang. Ia berhasil terekam apik oleh alat rekam super canggih yang dikuasai oleh sang insan. Ketika melodi terindah dalam hidupnya berangsur sumbang, nestapa mampir di jiwanya, jiwa insan yang kesepian itu, yang tengah luntang-lantung tak tentu arah. Ia menyerah, tak mau ikut campur urusan melodinya. 

Ia mampir ke sana-kemari, mencari tempat pemberhentian sementara. Menyulap ribuan pipi menjadi merona merah. Mengundang tawa renyah dari guyonan garingnya. Haha-hihi sana-sini. Bukan maksudnya tebar pesona. Ini semua ia lakukan demi membuat hatinya pulih. Hal ini memicu akhir yang jerih bagi pendambanya. Menguras air mata di wilayah persinggahannya. 

Jatuh-bangun insan ini mencari tempat singgah yang paling nyaman, walakin persinggahannya yang lengah tak kuasa membuka hati sang insan. Karena tiket masuk ke hatinya terbatas. Hanya berotasi di ruang dan waktu yang sama. Hanya terbuka untuk sesosok manusia yang, menurut dugaanku, pasti sangat istimewa. Ia sedang sendu dan tak mampu sepatah rayu pun  bahkan mengganggu. 

Demi langit dan bumi. Kita semua tahu akhir kisahnya. Pada akhirnya, sang insan yang merindukan melodinya mencari tempat singgah hanya demi lampias. Kita semua tahu akhir ceritanya.

Sungguh, kita semua tahu, Ia tidak pernah letih. Untuk singgah sana-sini. Ia tidak pernah lelah. Mencari ruang, senyum, dan tabiat yang serupa. Ia tak pernah lupa. Bagaimana lekuk melodi terindahnya. 

Demi alam semesta, jangan pernah kau coba mengetuk sukma insan ini. 

Mengapa? 
Karena, sesungguhnya, ia tak pernah jera. Untuk. Mencintai. Melodinya.


Mangkuk Ramen

Di Jiplakan Nirwana, 16 September 2021

00:07

gataulagipengennulisaja



Comments

Popular posts from this blog

Rumpang

Racau

Menemukan(?)